21 November 2020

Tim Cobra Satuan Resort Narkoba Polres Muara Enim Mengamankan Seorang Sopir, Ada Apa Ya ?

Liputansumsel.com


Muara Enim, Liputansumsel.com--Tim Cobra Sat Res Narkoba Polres Muara Enim berhasil mengamankan seorang laki-laki yang diketahui bernama Ariono (32). Ariono sehari-hari berprofesi sebagai sopir warga asal Kecamatan Benakat Kabupaten Muara Enim ini diduga memiliki, menyimpan dan menguasai diduga narkotika jenis sabu.


Diketahui penangkapan terhadap tersangka ini bermula adanya informasi yang di terima personil Sat Resnarkoba Polres Muara Enim dari masyarakat. Berdasarkan informasi itu bahwa di TKP yang ada di Dusun I Desa Padang Bindu Kecamatan Benakat Kabupaten Muara Enim sering dijadikan tempat transaksi narkoba oleh pelaku.


Berdasarkan informasi tersebut Kasat Resnarkoba Polres Muara Enim Iptu Rahmad Aji Prabowo SIk MSi memerintahkan Kanit Resnarkoba Ipda Toni Hermawan ST SH MM bersama dengan Tim Cobra Sat Resnarkoba untuk melakukan penyelidikan tentang kebenaran dari informasi itu.


Dari hasil penyelidikan yang mana hasilnya benar tempat tersebut dijadikan tempat untuk transaksi narkoba oleh pelaku.


Selanjutnya Tim Cobra Sat Resnarkoba dipimpin Kanit Narkoba Ipda Toni H, pada hari Rabu tanggal 18 November 2020 sekitar pukul 04.30 Wib berhasil mengamankan pelaku Ariono. Kemudian petugas melakukan penggeledahan dan ditemukan barang bukti berupa 14 (empat belas) paket diduga narkotika jenis sabu. Selanjutnya pelaku dan barang bukti di bawa ke Sat Resnarkoba untuk di proses sesuai hukum yang berlaku.


Kapolres Muara Enim AKBP Donni Eka Syaputra SH SIK MM melalui Kasat Resnarkoba Polres Muara Enim Iptu Rahmad Aji Prabowo SIk MSi membenarkan penangkapan tersebut.


“Pelaku dan barang bukti sudah kita amankan di Sat Resnarkoba Polres Muara Enim diproses lebih lanjut beserta barang bukti yang berhasil kita amankan yaitu 14 (empat belas) paket diduga narkotika jenis sabu dengan berat bruto 5,71 gram, 1 (satu) helai tisu warna kuning, 1 (satu) plastik bening, 1 (satu) kotak rokok merk sampoerna mild warna putih, 1 (satu) kotak rokok merk magnum mild warna biru, 2 (dua) kuningan bungkus rokok, 1 (satu) unit hp android merk Oppo warna hitam dan 1 (satu) helai celana merk Bomb Boogie warna hitam,” pungkasnya, Sabtu (21/11/2020) dalam siaran persnya.

Media Dapat Berperan Bangun Masyarakat Sadar Vaksin

Liputansumsel.com

Dr. dr. Kohar Hari Santoso, SpAn., KAP., KIC (kiri) dan Wahyoe Boediwardhana (Jurnalis) menjadi pembicara dalam dialog bertema belajar dari sukses vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi di Jakarta, Selasa, 17 November 2020.

Banten,liputansumsel.com--- - Di tengah pandemi, media tidak hanya dapat memberi informasi yang benar dan sahih. Sebagai pilar keempat demokrasi, media juga dapat memainkan perannya dalam memberikan edukasi tentang COVID-19, khususnya soal vaksin dan program vaksinasi. 


Salah satu faktor keberhasilan program vaksinasi MR di Jawa Timur medio 2017 tak lepas dari peran media. Sosialisasi dan edukasi yang gencar dilakukan media bersama Dinas Kesehatan Jawa Timur membuahkan hasil dengan tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk ikut program imunisasi campak dan rubella atau measles-rubella (MR) masa itu.


“Media sangat membantu tugas kami dalam melaksanakan imunisasi lewat edukasi dan sosialisasi ke masyarakat. Media membantu menyebarkan informasi, sehingga masyarakat bersedia untuk diimunisasi,” ujar Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Direktur RSSA Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur dalam Dialog Produktif dengan tema ‘Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi’ secara daring di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11/2020).


Diakui mantan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur ini, pada mulanya banyak masyarakat yang menolak- akibat kurangnya informasi yang diberikan petugas kesehatan. Sehingga banyak informasi yang salah dan tidak benar beredar di kalangan masyarakat. 


“Misalnya, tetap ada kemungkinan akan ada panas atau demam pasca imunisasi. Jadi waktu itu ada kejadian seorang anak meninggal dan disebut-sebut karena habis diberi vaksin. Setelah tim ahli klinis kita turun ke lapangan, ternyata si anak sakit DBD,” kisahnya. 


Selain melibatkan media, keberhasilan lainnya disebut dr.Kohar dilakukannya pendekatan secara kultural. Keberagaman latar belakang budaya dan juga tingkat religius masyarakat di Jawa Timur menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk melakukan upaya imunisasi MR waktu itu. 


“Untuk membentuk persepsi positif publik, kita akan turun ke bawah, mendatangi tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh kunci. Setelah sosialisasikan kita lakukan pada mereka dan mereka sadar akan pentingnya vaksinasi, maka biasanya mereka akan menyampaikan ke komunitas masing-masing. Tapi sebelum itu, kita melakukan peningkatan kapasitas terlebih dulu kepada petugas kita sebelum turun ke lapangan.”


Diakui dr Kohar, tidak semua upaya  mereka berjalan mulus. Bahkan di beberapa tempat tetap terjadi penolakan, sampai petugas tidak berani masuk ke daerah tersebut. “Tetapi kita tetap melakukan pendekatan untuk memberikan pemahaman yang baik dan benar. Apalagi imunisasi itu bukan hanya MR, imunisasi rutin lainnya juga harus dilakukan dan disosialisasikan,” tukasnya.


Sementara itu, Wahyoe Boediwardhana salah seorang jurnalis dari komunitas Jurnalis Sahabat Anak mengatakan keterlibatan media dapat dijadikan sebagai salah satu ujung tombak dalam melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat. 


“Kami yang punya concern, punya visi dan misi sama. Kami ingin membantu masyarakat, mengedukasi sesuatu yang sifatnya positif terkait edukasi anak,” ungkap Wahyoe dalam forum yang sama.


Dia menambahkan, dalam melakukan sosialisasi media harus memahami karakter masyarakat di masing-masing wilayah di Jawa Timur - yang sangat beragam. 


Tantangan terbesar yang dihadapi para jurnalis menurutnya adalah memerangi berita hoaks mengenai vaksin. “Kami lebih memilih membanjiri masyarakat dengan informasi positif, informasi yang benar. Jadi kami tidak mau head to head dengan pembuat hoaks. Kami rasa ketika kami head to head dengan mereka, kami akan mengeluarkan energi yang lebih besar, itu akan sia-sia.”, terang Wahyoe.


Agar seluruh pemberitaan mengenai vaksin sampai dengan benar ke masyarakat. Wahyoe dan komunitas Jurnalis Sahabat Anak Jawa Timur juga terus belajar, menambah ilmu dan pemahaman soal imunisasi. “Sebelum kami memutuskan menyampaikan pesan positif ke masyarakat. Kawan-kawan inilah (jurnalis) dulu yang kita pintarkan. Kita bagi ilmunya sebanyak-banyaknya.”, ungkapnya.


Sampai saat ini, beragam hoaks mengenai vaksin terus membanjiri masyarakat. Kenali, ciri-ciri berita yang tidak benar, dan apabila ragu, tanyakan langsung kepada ahlinya, seperti dokter dan para pakar mengenai vaksin yang terpercaya.


--------------------------------------


Tanggal Tayang : 19 November 2020

Penulis: Kiwantoro

Editor: Raihan Lubis (RL)