05 Agustus 2017

Anak di sekap,Orang tua di tembak Harta di sikat.

Liputansumsel.com
 Prabumulih,Liputansumsel.com Untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak,Kejadian sadis menimpa Darul (48 )bin H cik abu warga dempo selatan  kota pagaralam.Pasalnya, Darul sekeluarga menjadi korban perampokan para bandit sadis. Tak hanya menggasak uang 500 juta lebih, para perampok juga  melukai korban dengan menembak korban sebanyak tiga kali sehingga korban mengalami pendaharan hebat dan akhirnya  meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit.

Kejadian di perkirakan jam 2 dini hari saat korban tertidur pulas tiba tiba dua pelaku masuk dengan memecahkan kaca jendela rumah korban dan langsung menuju kamar anak korban bernama Rian (16) dan pelaku langsung menodong kan senjata api (senpi)  kearah rian langsung menanyakan kamar orang tuanya seraya mengancam karena di bawah ancaman akhirnya rian pun bersedia mengantar pelaku ke kamar ayah nya (darul red).


Lis (38) istri korban mengatakan pelaku langsung membobol pintu kamar dengan menggunakan kayu dan langsung menodongkan pistol ke arah suaminya (korban red)  sempat terjadi perlawanan antara korban dan pelaku namun karena tidak seimbang korban pun pasrah saat tiga peluru bersarang di paha nya setelah berhasil membawa kabur uang 500 juta HP milik anak korban pelaku pun langsung kabur menggunakan motor dan sebuah mobil ucap seorang saksi yang tidak mau di sebutkan namanya.

Sementara itu Ghandi(42) ponakan korban kepada portal ini  mengatakan dirinya sempat di ancam pelaku menggunakan senpi seraya berkata Mundur kami merampok bukan polisi ucap ghandi menirukan apa kata perampok tersebut.

Kapolres Pagaralam AKBP Dwie Hartono melalui kasat reskrim AKP  Rahmat Kusnaedi membenarkan kejadian ini di duga pelaku berjumlah tujuh orang dan semua menggunakan senjata api saat ini pihak nya tlah mengamankan barang butik antara lain selongsong peluru yang di gunakan tersangka, pecahan kaca jendela milik korban dan alat bukti lainnya saat ini pelaku masih dalam pengejaran polisi dan berharap pelaku cepat tertangkap juga pihak nya meminta agar masyarakat mau bekerja sama dalam mengungkapkan kasus ini agar para penjahat cepat tertangkap ucap beliau tegas.(LsRiko)

Kurang Perhatian Pemerintah SDN 1 Pematang Sari Gunakan Perumahan Guru Untuk Ruang Belajar

Liputansumsel.com

Mesuji makmur,liputan sumsel Akibat kurangnya ruang kelas,SDN 1 pematang sari mesuji makmur menggunakan Perumahan guru untuk ruang belajar mengajar.

     Kepala sekolah SDN 1pematang sari Partijah S.Pd saat dibincangi diruang kerjanya,sabtu (05/8) mengatakan  kurangnya ruang kelas sdh dipastikan proses belajar mengajar akan terhambat karena menjadi  kurang nyaman.

"Selain perumahan guru yang kami jd kan ruang kelas gedung perpustakaan dan kantor juga kami pakai utk dijadikan ruang kelas,"ujarnya

Partijah jg menambahkan walau kmi jauh dr jangkauan kabupaten dan masih byk kekurangan guru pns tp prestasi siswa tetap kami utamakan. dan bagi guru guru nya utk meningkatkan kualitas mengajar setiap ada pelatihan selalu mengikuti

" Dengan jumlah siswa 219 dan tenaga pengajar 17 guru pns 9 sdngkan honorer 8 insyaallah kami bisa  memajukan pendidikan, terutama di sekolah k ami sendiri," ungkapnya.

Partijah berharap Pada  Pemerintah agar lebih memperhatikan sekolah dan guru yang  ada di pelosok.

"Kami sangat berharap perhatian dari pemerintah.dengan menambah fasilitas ruang belajar bagi murid,tambahan tenaga pendidik.karena jika sarana prasarana sdh memadai otomatis belajar siswa lbh optimal,"harapnya (LsFit)

Pers Malaysia Studi Banding Ke Dewan Pers Indonesia

Liputansumsel.com

JAKARTA --liputansumsel. com-- Banyak hal yang ingin dipelajari masyarakat pers Malaysia dari Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas pers di negeri jiran itu. Mulai dari upaya menjaga dan merawat kebebasan pers sampai strategi menghadapi serbuan new media yang mengancam pers arus utama.

Hal ini tercermin dari berbagai pertanyaan yang diajukan perwakilan masyarakat pers Malaysia saat berkunjung ke kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat siang (4/8).

Hubungan antara masyarakat pers kedua negara terbilang dekat. Di era 1970an, Indonesia dan Malaysia ikut mendirikan Konfederasi Wartawan ASEAN (CAJ). Lalu, lebih dari sepuluh tahun terakhir, delegasi Malaysia selalu menghadiri kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) yang diselenggarakan masyarakat pers Indonesia setiap tanggal 9 Februari.

Karena pengalaman dalam menghadiri HPN itu pula, masyarakat pers Malaysia memutuskan menggelar kegiatan serupa yang mereka beri nama Hari Wartawan Nasional (Hawana) pertengahan September mendatang.

“Kami terinspirasi HPN di Indonesia yang dapat mengumpulkan dan menyatukan masyarakat pers di Indonesia,” ujar CEO Kantor Berita Bernama, Datuk Zulkefli Salleh, yang memimpin delegasi Malaysia.

Selain Datuk Zulkefli, ikut dalam rombongan dari Malaysia itu Pemimpin Redaksi Bernama Datuk Zakaria Abdul Wahab, Kepala Biro Bernama di Indonesia Azeman Ariffin dan Sekretaris Harian Ikatan Setia Kawan Wartawan Indonesia Malaysia (Iswami) Sabaruddin Ahmad Sabri.

Adapun pihak PWI dalam pertemuan itu adalah Sekjen PWI Hendri Ch. Bangun, Ketua bidang Luar Negeri Teguh Santosa dan Bendahara Muhammad Ihsan.

Datuk Zulkefli mengharapkan kesediaan pihak PWI untuk tidak hanya hadir, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam Hawana.

“Saudara-saudara di PWI kami harap bisa berbicara di Hawana dan membagi pengalaman dengan kami,” ujarnya.

Delegasi Malaysia juga menyampaikan keinginan mereka mendirikan Dewan Pers seperti yang ada di Indonesia. Dalam pertemuan, mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait Dewan Pers mulai dari sejarah pembentukan, mekanisme pemilihan anggota, dan hubungan antara Dewan Pers dengan pemerintah, serta kewenangan yang dimiliki Dewan Pers dalam menangani kasus-kasus pers.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Hendri Ch. Bangun yang juga anggota Dewan Pers menjelaskan bahwa Dewan Pers didirikan berdasarkan UU 40/1999 tentang Pers yang memberi kesempatan kepada masyarakat pers di Indonesia untuk mengatur diri sendiri (self regulation). Sementara anggota Dewan Pers dipilih oleh masyarakat pers dari perwakilan organisasi perusahaan media, organisasi profesi dan tokoh masyarakat atau akademisi.

Hendri menambahkan bahwa Dewan Pers adalah lembaga negara independen yang tidak berada di bawah pemerintah, namun memiliki hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga pemerintah. Adapun terkait kewenangan, disebutkan bahwa Dewan Pers memiliki kewenangan mengadili kasus-kasus pemberitaan yang masih berada pada koridor jurnalistik.

Dalam diskusi tersebut juga disinggung pendirian Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) sebagai upaya masyarakat pers Indonesia untuk melindungi dan memperkuat kebebasan pers.

Teguh Santosa yang juga Ketua Umum SMSI mengatakan, pendirian  SMSI tidak bisa ditunda-tunda lagi mengingat internet menjadi platform informasi utama belakangan ini.

“Mengorganisir perusahaan media siber atau online diperlukan untuk meningkatkan kualitas pers di Indonesia khususnya yang berkembang di dunia maya,” ujar Teguh.

Dia menambahkan, menurut data terakhir jumlah media online di Indonesia tidak kurang dari 43 ribu, dan sebagian besar tidak profesional. Artinya, perkembangan ICT bisa kontraproduktif bagi kebebasan pers.

Menjadi sangat mudah bagi pihak-pihak yang tidak memahami prinsip-prinsip suci pers untuk menggunakan perkembangan ICT demi hal-hal yang bertentangan dengan kebebasan pers, seperti penyebaran rasa kebencian dan kabar bohong.

“Seperti di Malaysia, pembaca media cetak juga menurun, sementara pembaca media online meningkat pesat. Masyarakat pers Indonesia perlu membenahi media online sesegera mungkin,” demikian Teguh.